BEDA ANTARA CINTA DAN COCOK

| Sunday, June 27, 2010 | |

          

Oleh: Dr. Paul Gunadi


Salah satu alasan paling umum mengapa kita menikah adalah karena cinta -- cinta romantik, bukan cinta agape, yang biasa kita alami sebagai prelude ke pernikahan. Cintalah yang meyakinkan kita untuk melangkah bersama masuk ke mahligai pernikahan.
Masalahnya adalah, walaupun cinta merupakan suatu daya yang sangat kuat untuk menarik  dua individu, namun ia tidak cukup kuat untuk merekatkan keduanya.
Makin hari makin bertambah keyakinan saya bahwa yang diperlukan untuk merekatkan kita dengan pasangan kita adalah kecocokan, bukan cinta.
Saya akan jelaskan apa yang saya maksud.
Biasanya cinta datang kepada kita ibarat seekor burung yang tiba-tiba hinggap di atas kepala kita. Saya menggunakan istilah "datang" karena sulit sekali (meskipun mungkin) untuk membuat atau mengkondisikan diri mencintai seseorang.
Setelah cinta menghinggapi kita, cinta pun mulai mengemudikan kita ke arah orang yang kita  cintai itu. Sudah tentu kehendak rasional turut berperan dalam proses pengemudian ini. Misalnya, kita bisa menyangkal hasrat cinta karena alasan-alasan tertentu. Tetapi, jika tidak ada alasan-alasan itu, kita pun akan menuruti dorongan cinta dan berupaya mendekatkan diri dengan orang tersebut.

Cinta biasanya mengandung satu komponen yang umum  yakni rasa suka.

Sebagai contoh, kita berkata bahwa pada awalnya  kita tertarik dengan gadis atau pria itu karena  kesabarannya, kebaikannya menolong kita, perhatiannya yang besar terhadap kita, wajahnya yang cantik atau  sikapnya yang simpatik, dan sejenisnya. Dengan kata  lain, setelah menyaksikan kualitas tersebut di atas timbullah  rasa suka terhadapnya sebab memang sebelum kita bertemu dengannya kita sudah menyukai kualitas tersebut. Misalnya, memang kita mengagumi pria yang sabar, memang kita menghormati wanita yang  lemah lembut, memang  kita mengukai orang yang rela menolong orang lain dan seterusnya.

Jadi, rasa suka muncul karena kita menemukan yang  kita sukai pada dirinya.

Saya yakin cinta lebih kompleks dari apa yang  telah  saya uraikan.

Namun khusus untuk pembahasan kali ini, saya membatasi lingkup cinta hanya pada unsur suka saja. Cocok dan suka tidak  identik namun  sering dianggap demikian. Saya berikan contoh.

Saya  suka rumah yang  besar dengan taman yang luas, tetapi belum tentu saya cocok tinggal  di rumah yang besar seperti itu. Saya tahu saya tidak cocok tinggal  di rumah sebesar itu sebab saya bukanlah tipe  orang yang rajin  membersihkan dan memelihara taman (yang dengan  cepat akan bertumbuh kembang menjadi hutan). Itulah salah satu contoh  di  mana suka tidak  sama dengan cocok. Contoh yang lain. Rumah saya  kecil dan cocok dengan saya yang berjadwal lumayan sibuk dan  kurang  ada waktu mengurusnya.
Namun saya kurang suka dengan rumah  ini karena bagi  saya, kurang besar (tamannya). Pada contoh ini  kita  bisa melihat  bahwa cocok berlainan dengan suka. Pada intinya,  yang saya sukai  belum tentu ocok buat saya; yang cocok dengan  saya  belum pasti saya sukai. Sekarang kita akan melihat kaitannya dengan pemilihan pasangan hidup.

Tatkala kita mencintai seseorang, sebenarnya kita terlebih dahulu menyukainya, dalam pengertian kita suka dengan ciri tertentu pada dirinya. Rasa suka yang besar (yang akhirnya berpuncak pada cinta) akan menutupi rasa tidak suka yang lebih kecil dan -- ini yang penting -- cenderung menghalau ketidakcocokan yang ada di antara  kita. Di sinilah terletak awal masalah.

Ini yang acap kali terjadi dalam masa berpacaran.

Rasa suka meniup pergi ketidakcocokan di antara kita, bahkan pada akhirnya kita beranggapan atau berilusi bahwa rasa suka itu identik dengan kecocokan. Kita kadang berpikir atau berharap,  "Saya menyukainya, berarti saya (akan) cocok dengannya." Salah besar!

Suka tidak sama dengan cocok, cinta tidak identik dengan cocok!
Alias, kita mungkin mencintai seseorang yang sama sekali tidak cocok dengan kita.

Pada waktu Tuhan menciptakan Hawa untuk menjadi istri Adam, Ia menetapkan satu kriteria yang khusus dan ini hanya ada pada penciptaan istri manusia, yakni, "Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (genesis2.18).
Kata "sepadan" dapat kita ganti dengan kata "cocok." Tuhan tidak hanya menciptakan seorang wanita buat Adam yang dapat dicintainya, Ia sengaja menciptakan seorang wanita yang cocok untuk Adam.
Tuhan tahu bahwa untuk dua manusia bisa hidup bersama mereka harus cocok. Menarik sekali bahwa Tuhan tidak mengagungkan cinta (romantik) sebagai prasyarat pernikahan. Tuhan sudah memberi kita petunjuk bahwa yang terpenting bagi suami dan istri adalah kecocokan. Ironisnya adalah, kita telah menggeser hal esensial yang  Tuhan tunjukkan kepada kita dengan cara mengganti kata "cocok" dengan kata "cinta." Tuhan menginginkan yang terbaik bagi kita, itulah sebabnya Ia telah menyingkapkan hikmat-Nya kepada kita.



Sudah tentu cinta penting, namun yang terlebih penting ialah, apakah ia cocok denganku?



Saya teringat ucapan Norman Wright, seorang pakar keluarga di Amerika Serikat, yang mengeluhkan bahwa dewasa ini orang lebih banyak mencurahkan waktu untuk menyiapkan diri memperoleh surat ijin mengemudi dibanding dengan mempersiapkan diri untuk memilih pasangan hidup. Saya kira kita telah termakan oleh motto,  "Cinta adalah segalanya," dan melupakan fakta di lapangan bahwa cinta (romantik) bukan segalanya.

Jadi, kesimpulannya ialah, "cintailah yang cocok dengan kita! "



edit

No comments:

Post a Comment

Newer Post Older Post

Popular Posts

StatiStik My BLoG

Hearttechnology TopOfBlogs Lifestyle Blogs - BlogCatalog Blog Directory Technology blogs Technology Blogs Technology (News) - TOP.ORG Blogarama - Blog Directory Technology BLOGGER Msn bot last visit powered by MyPagerank.Net Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net Cool Text: Logo and Graphics Generator Display Pagerank

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails
Design by : Ariez Rockmariez . Powered by Blogger.
© Design 1/2 a px. · 2015 · Pattern Template by Simzu · © Content Ariez Rockmariez